Care Management dan Peran Care Manager dalam Integrasi Pelayanan Kesehatan

July 7, 2018, oleh: administrator

Oleh: dr. Merita Arini, MMR
Care management dan care manager adalah istilah yang tidak asing dalam pelayanan kesehatan di berbagai level institusi pelayanan kesehatan sejak primer hingga tersier. Care management sesungguhnya adalah salah satu bentuk integrasi pelayanan kesehatan yang paling sering digunakan di seluruh belahan dunia. Integrasi pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang terus menjadi keniscayaan seiring dengan kompleksitas kebutuhan pasien, carer, dan komunitas oleh karena meningkatknya burden penyakit kronik da komorbiditas, maupun kasus-kasus sensitif lainnya. Beragam definisi integrasi pelayanan kesehatan berkembang sesuai konteksnya, oleh karena itu tidak ada single definition yang mutlak. Secara umum integrasi pelayanan kesehatan adalah kolaborasi atau menggabungkan beberapa komponen pelayanan atau bahkan organisasi-organisasi itu sendiri untuk menjalankan proses bersama guna mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama yang dimaksud di antaranya dapat berupa peningkatan outcome kesehatan pasien atau peningkatan status kesehatan komunitas (ACMA, 2016).
Care management sebagai bentuk spesifik integrasi pelayanan kesehatan menekankan pada komunikasi dan koordinasi penggunaan sumber daya-sumber daya secara efektif dan berkesinambungan. Komunikasi dan koordinasi ini berlaku untuk lintas profesi/ bagian dalam suatu instansi kesehatan maupun antar tingkat kesehatan seperti pada primary care dengan secondary care, atau bahkan dengan social care support di luar institusi kesehatan (WHO, 2016).
Dalam implementasinya scope aktivitas dalam care management cukup beragam tergantung dari bentuk kolaborasi dan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya care management meliputi aktivitas-aktivitas pokok sebagai berikut (ACMA, 2016).

  1. Edukasi

Dalam hal ini pelayanan harus memastikan dan meyediakan edukasi yang relevan terhadap kemajuan efektif perawatan, level pelayanan yang sesuai, dan transisi pasien yang aman (rujukan/ rujuk balik intern dan antar fasilitas kesehatan). Dalam hal ini juga harus diidentifikasi adanya kendala-kendala yang timbul dalam proses komunikasi kepada pasien/ carer/ petugas kesehatan, maupun masyarakat.

  1. Care coordination

Pelayanan kesehatan harus memiliki metode definitif untuk menapis atau menilai kebutuhan pasien terhadap care management. Pada care management dipastikan pasien mendapatkan pelayanan yang sesuai meliputi skrining atau identifikasi risiko, assessment, sequencing (runtut sesuai kebutuhan), dan terkomunikasikan dengan baik.

  1. Compliance

Care management berperan memastikan pelayanan kesehatan yang diberikan patuh pada kebijakan kesehatan yang ada, seperti peraturan perundangan, aturan akreditasi, bahkan platform pembiayaan kesehatan yang ada agar tetap efektif dan efisien.

  1. Transition management

Manajemen transisi sebenarnya berjalan di dalam organisasi itu sendiri, seperti saat pre-admisi, pemindahan dari unit gawat darurat ke bangsal, pemindahan ke unit spesialistik lain, dan lain sebagiainya. Manajemen transisi juga diperlukan saat pasien membutuhkan pelayanan di instansi kesehatan lain, seperti rujukan dari puskesmas ke rumah sakit, dan lain sebagainya bahkan manakala pasien dan keluarga membutuhkan komunitas yang mendukung dalam perawatan kesehatannya. Case manager berperan memastikan komunikasi dan proses transisi berjalan baik melalui perencanaan transisi dan monitoring/ follow up  prosesnya.

  1. Utilization management

Dalam hal ini care manager harus memastikan penggunaan sumber daya sesuai dengan kebutuhan medis (tidak over maupun under-utilization), tepat waktu (tidak premature maupun delay utlization), serta sesuai dengan kebijakan pembiayaan kesehatan seperti BPJS di Indonesia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peran utama case manager adalah sebagai berikut (NHS Institute for Innovation and Improvement, 2006).

  1. Assessment kebutuhan pasien dan keluarga/ pendamping
  2. Menyusun plan perawatan/ pelayanan yang sesuai
  3. Organizing dan menyesuaikan proses pelayanan di atas
  4. Monitoring kualitas pelayanan
  5. Maintain hubungan/ kontak dengan pasien dan keluarga/ pendamping

 
Referensi:
ACMA. (2016). American Case Management Association. Retrieved from

http://www.acmaweb.org/section.aspx?sID=5

NHS Institute for Innovation and Improvement. (2006). Improving care for people with long-term conditions: A review of UK and international frameworks.

https://doi.org/07044

2584X
WHO. (2016). Integrated care models: an overview. Health Services Delivery Programme. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe. Retrieved from

http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/322475/Integrated-care-models-overview.pdf%0Ahttp://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/322475/Integrated-care-models-overview.pdf%0Ahttp://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/322475/Inte